Jalan-jalan Hemat Part 3

20.34

Now it's KUDUS time! Yippiiie \m/

Kami sampai di kota Kudus hari Jumat, pas banget adzan maghrib. Tante Dewi dan adiknya menjemput kami. Sebelumnya sempet naik angkot dulu, dan lucunya angkot di Kudus itu unik banget! Masih pengen ketawa kalo inget itu.. Kalo di Jakarta atau Tangerang, kan abang nya bilang "empat enam..empat enam..", kalo di Kudus angkotnya bisa muat banyak hahhaa! Ga ada space kosong, jadi semuanya diisi sama bangku-bangku kayu gitu. Satu angkot bisa muat untuk 15 orang di belakang, banyak banget kan hehee.. Sayangnya karena keadaan yang fuull bangeet, saya ga sempet mengabadikan situasi di dalam angkot.

Sampe rumah, setelah mandi dan santai-santai sebentar, saya dan teman-teman langsung dibawa keliling, saliman sama keluarga yang lain. Disana itu enak, satu komplek keluarga semua. Kangen-kangenan deh sama sepupu saya yang lucu-lucu, Asya dan Salma. Karena sudah lama di Jawa, si Salma jadi lupa ngomong bahasa Indonesia. Walaupun dia ngerti apa yang saya omongin, tapi kalo dia ngomong bahasa Jawa, mana saya ngerti. Saya mah orang Jawa ga khatam. Orang Jawa macam apa yang ga bisa bahasa Jawa -,-


Besoknya, saya dan teman-teman dibawa jalan-jalan muterin kota Kudus sama sepupu saya, namanya Indra. Dia ini anak Viscom UNS kalo ga salah, lupaa hahaa maaf.. Cara ngomong nya medook banget, tapi dia suka sok-sok ngomong "gw lo" alhasil ga pantes banget hihiii.. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Menara Kudus. Menara Kudus merupakan salah satu wisata religi yang terkenal. Menara-nya dibangun tanpa menggunakan semen. Di bagian belakang, terdapat makam dari salah satu Walisongo yaitu Sunan Kudus aka Raden Ja'far Shodiq. Tujuan orang-orang kesini itu biasanya untuk ziarah, tapi karena kami ga tau mau diajak kesini *liat aja baju yang kami pake* jadi ga memungkinkan kami untuk berziarah.



Ini si Indra, Tour Guide kami selama di Kudus :)
Kelar liat-liat komplek Menara Kudus, kami melanjutkan perjalanan keliling kota Kudus. Muterin alun-alun, tapi ga lama karena cuaca tak bersahabat. Jadi kami langsung pulang setelah membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dirumah. Besoknya kami jalan-jalan ke Air Terjun Monthel. Butuh perjuangan nih untuk sampe ke Air Terjun ini. Karena jalanan yang sempit dan terjal, angkot ga bisa sampe ke atas. Jadi kami harus jalan lumayan jauh. Yang ada hanya tukang-tukang ojek yang jalannya kayak orang lagi balapan, macam Ghost Rider gitu deh. Mengerikan! Tapi rata-rata semua yang ziarah ke Makam Sunan Muria, kalo ga kuat jalan ya pada naik ojek-ojek itu. Aman sih katanya, cuma kalo saya sih masih sayang nyawa hahaa..

Screencap dari rekaman yang saya buat  ^o^
Gambar nomer satu itulah jalan untuk sampai ke Makan Sunan Muria yang adanya memang di puncak dari Gunung Muria. Motor-motor berkeliaran dengan kecepatan penuh. Saya lupa berapa biaya dari bawah ke puncak kalo naik ojek tapi katanya penduduk sekitar banyak yang menjadikan ojek sebagai mata pencaharian mereka karena omset yang lumayan besar. Karena tujuan kami Air Terjun Monthel, perjalanan kami ga sampe ke atas situ. Gambar dua dan tiga menunjukkan tukang ojek yang saya bilang mengerikan itu. Kita harus selalu fokus saat berjalan, karena meleng sedikit langsung diklaksonin sama tukang ojek berkecepatan full itu. Sekitar satu jam berjalan, sampailah kami di Air Terjun Monthel atau biasa disebut juga dengan nama Air Terjun Colo, karena letaknya di desa Colo.

Untuk sampai ke Air Terjun, kami masih harus terus berjalan. Hadeeuh gempor deh kaki!! Tapi karena jalannya rame-rame dan sambil ngerekam jadinya ya ga berasa. Walaupun pas sampe rumah, kaki lumayan bengkak. Maklum saya ga biasa jalan jauh jadi fisik kurang kuat hehee.. Namanya juga air terjun, nothing special sih.. Hampir sama dengan air terjun-air terjun lain. Segar dan dingin, karena lokasinya ada ada di sekitar pegunungan.


Hari Senin malam kami pulang, tadinya mau naik kereta dari Semarang. Tapi berhubung bawaan kami sudah berubah menjadi beberapa tas alias banyak hahaa, kami pun memilih naik bis. Perjalanan dari Kudus ke Tangerang 11-12 jam. Hmm lamaa bangeet, tapi karena malam jadinya ga berasa karena sambil tidur. Walaupun pada kenyataannya saya baru bisa tidur setelah Pantura. Buat yang sering pulang kampung tiap tahun sih mungkin biasa aja, tapi buat saya yang notabene-nya memang ga pernah pulang kampung, itu rasanya luar biasa. Belum lagi bis yang oleng-oleng jalannya, ampuun deh! Saya ga kuat kalo disuruh ke Jawa pake bis atau kereta lagi. Pantat pegel hahahaa..

Diluar lamanya perjalanan yang ditempuh sih, jalan-jalan saya sama teman-teman lumayan mengasyikkan. Saya ga tau kapan lagi kami bisa jalan-jalan seperti ini. Karena semester depan, kami akan mulai sibuk ngurus magang dan skripsi masing-masing hehee..

" It's not about where we're going, but it's about togetherness " ~ kaRahmaa

You Might Also Like

0 komentar